Tradisi makan bedulang, terkandung filosofi kebersamaan dalam balutan toleransi masyarakat Belitung Timur sejak dahulu hingga sekarang.
Makna filosofis kebersamaan dengan nilai toleransi yang tinggi dapat dilihat dari tradisi duduk bersila ketika menikmati hidangan bersama - sama yang sama rata, sama rendah dan sama tinggi.
Makan bedulang adalah prosesi makan bersama dalam satu dulang yang terdiri dari empat orang yang duduk bersila saling berhadapan.
Tradisi ini, biasanya dilakukan pada acara seperti maras taun, syukuran, pernikahan, kelahiran dan khitanan, namun saat ini makan bedulang juga dipakai pada acara-acara resmi pemerintah daerah dan lainnya serta direstoran dan rumah makan.
Ketika menyantap makanan yang dihidangkan diatas dulang, terdapat etika yang harus dipatuhi seperti mengutamakan orang yang umurnya lebih tua untuk mencuci tangan dan memulai makan terlebih dahulu.
Secara harfiah, makan bedulang dapat diartikan yaitu makan dengan menggunakan dulang. Dulang adalah talam atau nampan besar yang berbentuk bulat yang digunakan sebagai media untuk menaruh makanan diatasnya.
Menu yang dihidangkan biasanya gangan, sate ikan dan menu lainnya yang ditempatkan didalam piring kecil yang berjumlah 1-5 buah mengelilingi mangkuk yang berukuran lebih besar.
Tradisi makan bedulang sudah dilakukan oleh masyarakat di Belitung Timur secara turun temurun yang mencerminkan keterkaitan yang erat antara sistem sosial dan ekologi pulau belitong.
-
Makan bedulang is a procession of eating together in one dulang (large size tray) consisting of four people sitting cross-legged facing each others.
The tradition of makan bedulang has been carried out by the people of East Belitung from generation to generation which reflects the close relationship between the social and ecological system generally in Belitong Island.
