Pada tahun 1823, Pulau Belitung diketahui memiliki kandungan timah berdasarkan hasil penemuan seorang kapten berkebangsaan Belgia bernama JP. De La Motte yang menjabat asisten residen dan juga pimpinan tentara kerajaan belanda. Kemudian berdasarkan Traktat London tahun 1850, penambangan timah di pulau Belitung dilaksanakan sepenuhnya oleh perusahaan belanda NV Billiton Maatschapij. Untuk mendukung aktivitas penambangan timah, pemerintah belanda kala itu melalui perusahaannya NV Billiton Maatschappij membangun sebuah pembangkit listrik tenaga diesel yang dikenal dengan IC (electrische centrale) tahun1909. Pada tahun1921 IC (electrische centrale) baru beroperasi yang digunakan belanda untuk keperluan menggerakan mesin-mesin penambang timah, perkantoran, bengkel dan perumahan elit di Bukit Samak.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kemampuan berkerja pada permesinan dan kelistrikan. Pemerintah belanda mendirikan sekolah AC (Ambacht Cursuus) tahun 1928 yaitu sekolah setingkat SMP yang lama studinya 3 tahun. Siswa lulusan sekolah AC bisa berkerja pada perusahaan timah NV Billiton Maatschappij milik belanda dan PT. Timah pada masa kemerdekaan Indonesia. Pada masa PT. Timah Sekolah AC (Ambacht Cursuus) berubah menjadi ST (Sekolah Teknik) terus berubah lagi pada 1984 menjadi STM Stania (Sekolah Teknik Mesin). Hari ini SMK Stania sepenuhnya menjadi sekolah swasta dengan gedung sekolahnya masih memakai gedung bekas sekolah AC. Gedung tersebut oleh Disbudpar Kab. Belitung Timur diusulkan menjadi Benda Cagar Budaya, diharapkan bisa menarik kunjungan wisatawan ke Belitung Timur.