Sebelum pandemi Covid-19 ramai wisatawan berkunjung ke Pulau Belitong, sebagian dari mereka juga berkunjung ke Belitung Timur. Banyaknya wsatawan yang berkunjung merupakan kesempatan emas oleh masyarakat untuk mengemas lada atau sahang dalam bahasa belitong menjadi souvenir.
Lada penghangat tradisi melayu belitong, untuk mengangkat kesejarahan rempah terutama lada menjadi komoditas utama sebagai penopang ekonomi masyarakat di Belitung Timur. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur mengagas penyelenggaraan sebuah event yang berbasis tradisi, seni, budaya dan kesejarahan rempah yaitu Pesona Jalur Rempah Belitung Timur/JPJR.
Tahun ini, JPJR Belitung Timur adalah satu-satunya event berskala nasional di Belitung Timur bahkan di Provinsi Bangka Belitung yang akan diselenggarakan oleh Disbudpar Belitung Timur pada bulan September nanti. JPJR 2021, mengangkat tema ''INSPIRASI REMPAH MENYATU DALAM KERAGAMAN''.
Masyarakat Belitung Timur sebagian besar masih mengelola perkebunan lada secara tradisional. Pengetahuan akan perkebunan lada, mereka dapatkan secara turun temurun, oleh karena itu lada atau sahang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Lada memiliki nama latin Paper Nigra dengan ukuran buahnya hanya sekitar 1-2 mm serta rasanya hangat, pedas, dan agak sedikit pahit. Perkebunan lada banyak terdapat didaerah pedesaan di Belitung Timur, karena sebagian masyarakatnya disamping penambang timah berprofesi sebagai petani lada dan hanya didesa tanah yang luas untuk perkebunan lada bisa ditemukan.
Semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu, kemudian lada akan kembali menjadi cindermata khas dari Belitung Timur untuk wisatawan yang berkunjung.
-
Before Covid-19 pandemic, many tourists visited Belitong Island, some of them also visited East Belitung. The number of tourists who visit is a golden opportunity for the local people/community to package their pepper or sahang as souvenirs.